Anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPR RI Yan Herizal menilai,
rencana pemerintah untuk menaikkan gaji presiden dan pejabat negara
lainnya sebagai bentuk inkonsistensi dan perencanaan anggaran yang tidak
pro rakyat. Yan mengatakan, di satu sisi Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono menyerukan penghematan anggaran negara. Namun, di sisi lain
pemerintah melalui Menteri Keuangan malah merencanakan kebijakan untuk
menaikkan gaji pejabat negara.
“Katanya disuruh berhemat, kok malah mau menaikkan gaji pejabatnya.
Kalaupun ada penyesuaian gaji, harusnya diprioritaskan untuk pegawai
level bawah dulu,” ujar anggota Komisi XI bidang keuangan RI itu.
Menurut dia, masih banyak pegawai yang gajinya di bawah Upah Minimum
Regional (UMR).
Ia mengatakan, payung regulasi untuk menaikkan gaji pejabat belum
jelas dan sistemnya masih konvensional sehingga rawan masalah. Dalam
pandangan politikus PKS itu, pemerintah seharusnya mempertimbangkan
dampak kebijakan tersebut dalam jangka panjang, dan implikasinya untuk
masyarakat, bukan hanya sekedar ingin menyenangkan pihak-pihak tertentu
saja.
“Kemarin pejabat BI juga minta naik, padahal gaji pegawai yang paling
rendah saja masih ada yang di bawah UMR. Kenaikan gaji seharusnya
diprioritaskan untuk para pegawai rendahan. Presiden dan pejabat negara
belum waktunya naik gaji Apakah adil jika pejabat tambah sejahtera,
sementara rakyat tambah sengsara,” kata Yan.“Kenaikan gaji pejabat justru dikhawatirkan dapat memicu inflasi, hal ini karena kenaikan gaji pejabat juga dilakukan di tingkat daerah. Kenaikan gaji pejabat daerah sangat sensitif terhadap inflasi harga bahan makanan di tingkat lokal,” katanya. (sumber)