♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥ ♥♥♥♥♥
Suatu malam hujan turun dengan lebat diiringi angin kencang dan
petir yang menyambar-nyambar. Malam itu telepon berdering di rumah
seorang dokter. ''Istri saya sakit,'' terdengar suara minta pertolongan.
''Dia sangat membutuhkan dokter segera. Si dokter menjawab, ''Dapatkah
bapak menjemput saya sekarang ? Mobil saya sedang masuk bengkel.''
Mendengar jawaban itu, lelaki tersebut menjadi berang. ''Apa ?!''
katanya dengan marah. ''Saya harus pergi menjemput dokter pada malam
yang berhujan lebat seperti ini?''
<-----------------# # # # #---------------- >
Coba Anda renungkan cerita inspiratif diatas. Kita senantiasa meminta
sesuatu kepada orang lain. Sayangnya, kita seringkali lupa untuk
memberi. Kita tak sadar bahwa apapun yang kita berikan sebenarnya adalah
untuk diri kita sendiri, bukan untuk siapa-siapa. Di dunia ini tak ada
yang gratis. Segala sesuatu ada harganya. Seperti halnya membeli barang,
Anda harus memberi terlebih dahulu sebelum meminta barang tersebut.
Kalau Anda seorang penjual, Anda pun harus memberikan pelayanan dan
menciptakan produk sebelum meminta imbalan jasa Anda. Inilah konsep
''memberi sebelum meminta'' yang sayangnya sering kita lupakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Padahal ''memberi sebelum meminta'' adalah
sebuah hukum alam. Kalau Anda ingin anak Anda mendengarkan apa yang
Anda katakan, Andalah yang harus memulai dengan mendengarkan keluh kesah
mereka. Kalau Anda ingin karyawan atau bawahan Anda bekerja dengan
giat, Andalah yang harus memulai dengan memberikan perhatian, dan
lingkungan kerja yang kondusif. Kalau Anda ingin disenangi dalam
pergaulan, Anda harus memulainya dengan memberikan bantuan dan
keperdulian kepada orang lain.
Orang yang tak mau memberi adalah
mereka yang senantiasa dihantui perasaan takut miskin. Inilah
orang-orang yang ''miskin'' dalam arti yang sesungguhnya. Padahal, di
dunia ini berlaku hukum kekekalan energi. Kalau Anda memberikan energi
positif kepada dunia, energi itu tak akan hilang. Ia pasti kembali
kepada Anda.
Persoalannya, banyak orang mengharapkan imbalan perbuatan baiknya langsung dari orang yang ditolongnya. Ini suatu kesalahan. Dengan melakukan hal itu, Anda justru membuat bantuan tersebut menjadi tak bernilai. Anda mempraktikkan manajemen ''Ada Udang Di Balik Batu.'' Anda tak ikhlas dan tak tulus. Ini pasti segera dapat dirasakan oleh orang yang menerima pemberian Anda. Jadi, alih-alih menciptakan kepercayaan pemberian Anda malah akan menghasilkan kecurigaan.
Persoalannya, banyak orang mengharapkan imbalan perbuatan baiknya langsung dari orang yang ditolongnya. Ini suatu kesalahan. Dengan melakukan hal itu, Anda justru membuat bantuan tersebut menjadi tak bernilai. Anda mempraktikkan manajemen ''Ada Udang Di Balik Batu.'' Anda tak ikhlas dan tak tulus. Ini pasti segera dapat dirasakan oleh orang yang menerima pemberian Anda. Jadi, alih-alih menciptakan kepercayaan pemberian Anda malah akan menghasilkan kecurigaan.
Agar dapat
efektif, Anda harus berperilaku seperti sang surya yang memberi tanpa
mengharapkan imbalannya. Untuk itu tak cukup memberikan harta saja, Anda
juga harus memberikan diri Anda, dari hati Anda yang paling dalam.
Jangan pernah memikirkan imbalannya. Anda hanya perlu percaya bahwa
apapun yang Anda berikan suatu ketika pasti kembali kepada Anda. Ini
merupakan suatu keniscayaan, suatu hukum alam yang sejati.
Sebetulnya semua orang di dunia ini senantiasa memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Namun, kita dapat membedakannya menjadi dua tipe orang. Orang pertama kita sebut sebagai orang yang egois. Merekalah orang yang selalu meminta tetapi tak pernah memberikan apapun untuk orang lain. Orang ini pasti dibenci dimana pun-ia berada.
Sebetulnya semua orang di dunia ini senantiasa memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Namun, kita dapat membedakannya menjadi dua tipe orang. Orang pertama kita sebut sebagai orang yang egois. Merekalah orang yang selalu meminta tetapi tak pernah memberikan apapun untuk orang lain. Orang ini pasti dibenci dimana pun-ia berada.
Jenis orang kedua adalah
orang yang juga mementingkan diri sendiri, tetapi dengan cara
mementingkan orang lain. Mereka membuat orang lain bahagia agar mereka
sendiri menjadi bahagia. Ini sebenarnya juga konsep mementingkan diri
sendiri tetapi sudah diperhalus. Kalau Anda selalu memberikan perhatian
dan bantuan kepada orang lain, banyak orang yang akan menghormati dan
membantu Anda. Kalau demikian, Anda sebenarnya sedang berbuat baik pada
diri Anda sendiri.
Bagaimana kalau Anda membaktikan diri Anda
untuk menolong anak-anak terlantar dan orang-orang miskin ? Ini pun
sebenarnya adalah tindakan ''mementingkan diri sendiri dengan cara
mementingkan orang lain.'' Anda mungkin tak setuju dan mengatakan,
''Bukankah saya tidak mendapatkan apa-apa. Saya kan bekerja dengan
sukarela" .Memang benar, Anda tidak mendapatkan apa-apa secara materi,
tetapi apakah Anda sama sekali tidak mendapatkan apa-apa? Jangan salah,
Anda tetap akan mendapatkan sesuatu yaitu kepuasan batin. Kepuasan batin
inilah yang Anda cari. Anda membantu orang lain supaya mendapatkan hal
ini.
Jadi, apapun yang kita lakukan di dunia ini semuanya adalah
untuk kepentingan kita sendiri. Orang-orang yang egois sama sekali tak
memahami hal ini. Mereka tak sadar bahwa mereka sedang merusak diri
mereka sendiri.
Sementara orang-orang yang baik budinya sadar bahwa kesuksesan dan kebahagiaan baru dapat dicapai kalau kita membuat orang lain senang, menang, dan bahagia. Hanya dengan cara itulah kita akan dapat menikmati kemenangan kita dalam jangka panjang. Inilah hukum Menang-Menang (win-win) yang berlaku dimana saja, kapan saja dan untuk siapa saja.
Sementara orang-orang yang baik budinya sadar bahwa kesuksesan dan kebahagiaan baru dapat dicapai kalau kita membuat orang lain senang, menang, dan bahagia. Hanya dengan cara itulah kita akan dapat menikmati kemenangan kita dalam jangka panjang. Inilah hukum Menang-Menang (win-win) yang berlaku dimana saja, kapan saja dan untuk siapa saja.
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥ ♥♥♥♥♥