Oplet,
pernah berfungsi sebagai kendaraan umum nyaman di Jakarta. Kini
digantikan oleh mikrolet. Pada 1960-an dan 1970-an oplet menjadi
kendaraan umum paling populer di Jakarta. Bis sedang dan besar masih
jarang. Ketika itu trayek yang paling banyak dilalui oplet adalah
Jatinegara – Kota. Rutenya adalah Stasiun Jatinegara lewat Matraman
Raya, Salemba Raya, Senen, Pasar Baru terus memutar di Harmoni.
Setelah
berdiri terminal Kampung Melayu, keberadaan oplet lebih mendapat
tempat. Trayek-trayek lain juga ada di beberapa wilayah, misalnya
Kampung Melayu – Tanah Abang, Kota – Tanjung Priok, dan Tanah Abang –
Kebayoran Lama.
Nama
oplet kembali terangkat ketika pada 1990-an RCTI menayangkan sinetron
‘Si Doel Anak Sekolahan`. Oplet adalah kendaraan umum yang memiliki satu
pintu di bagian belakang. Pintu itu menjadi tempat masuk dan keluar
penumpang. Di bagian depan juga ada pintu, yakni di bagian kanan dan
kiri. Satu penumpang boleh duduk di samping sopir. Umumnya oplet memuat
sekitar 10 orang. Uniknya, hampir seluruh badan oplet terbuat dari kayu.
Begitu pun jendela. Untuk menutup dan membuka jendela, penumpang
tinggal mengangkat atau menurunkannya. Jendela tidak terbuat dari kaca
atau plastik, tetapi dari kayu dan semacam kulit sehingga tidak
transparan. Tangki bensin ada di bagian dalam, persis di antara
kaki-kaki penumpang.
Oplet
memiliki lampu sen—lampu tanda penunjuk belok—yang sangat unik, berada
di luar sisi kanan dan kiri. Kalau akan berbelok ke kanan, maka tongkat
kecil berwarna kuning jreng akan naik seperti portal. Begitu juga yang
sebelah kiri. Klakson oplet juga unik karena terdapat di bagian luar.
Memakainya harus dipencet-pencet karena terbuat dari karet.
Bunyinyateot..teot. Banyak tafsiran mengenai nama oplet. Ada yang
mengatakan berasal dari nama Chevrolet atau Opel. Bahkan dari kata auto
let. Kebanyakan oplet bermerk Morris dan Austin. Di kalangan masyarakat
awam, oplet disebut juga ostin (dari merk Austin).
Mikrolet Pengganti Oplet
Dibandingkan
kendaraan umum zaman 1990-an hingga sekarang, oplet bersih dan nyaman
ditumpangi. Meski usianya sudah tua tapi mesinnya tetap terawat dengan
baik, juga polusi asap knalpotnya sedikit. Bahkan sopir oplet memiliki
etika lalu-lintas yang baik, tidak kebut-kebutan ataupun berhenti di
sembarangan tempat. Sayang, kemudian terjadi pergantian oplet menjadi
mikrolet. Upacaranya terkesan mengharukan di pelataran Monas pada
September 1980. Mikrolet memang lebih baik dan modern. Namun kualitas
sopirnya sungguh memprihatinkan, terutama dalam hal etika berlalu
lintas. Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya kecelakaan lalu-lintas
karena sopir yang ugal-ugalan demi mengejar setoran, terlebih dengan
adanya sopir tembak. Belum lagi mereka suka berhenti di sembarang tempat
atau ngetem mencari penumpang, sehingga membuat kemacetan.