Senin, 15 Agustus 2011

Pesawat Nazar Ternyata Transit 12 Kali

M Nazaruddin dikawal sejumlah polisi dan KPK turun dari pesawat saat tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta (13/8), sekitar pukul 20.00 WIB. TEMPO/Aditia Noviansyah
 
TEMPO Interaktif, Jakarta -Telatnya pesawat carteran yang membawa buron tersangka korupsi Muhammad Nazaruddin dipertanyakan sejumlah pihak. Pengamat industri penerbangan, Dudi Sudibyo, kemarin mengatakan idealnya pesawat jet bermesin ganda G550 yang disewa dari maskapai Gulfstream Aerospace itu butuh waktu 30 jam untuk sampai di Indonesia dari Kolombia.

"Kecuali ada kerusakan kecil," kata wartawan senior majalah Angkasa ini saat dihubungi via telepon. Dudi menambahkan, biasanya pesawat transit agak lama guna mengisi bahan bakar atau akibat adanya gangguan cuaca. "Atau ada unsur kesengajaan. Kalau tidak, enggak akan molor," ucapnya.

Pesawat bernomor lambung N913PD itu tiba di Bandar Udara Halim Perdanakusuma pada Sabtu pekan lalu sekitar pukul 19.55. Pesawat dengan kode penerbangan GLF3/Q itu terbang selama 36 jam setelah lepas landas dari Bandara Internasional El Dorado, Bogota, Kolombia. Pesawat lepas landas pada Kamis sore waktu setempat atau Jumat subuh waktu Indonesia.

"Kami transit di 12 tempat," kata Danny, pilot pesawat carteran itu, kepada Tempo. Padahal dalam keterangan resmi pemerintah disebutkan pesawat sewaan seharga Rp 4 miliar ini cuma numpang parkir di dua bandara, yakni di Sudan dan Dubai. Juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi, Johan Budi S.P., mengatakan pesawat telat karena ada masalah teknis.

"Waktu transit, pengisian avtur, dan izin terbang membuat perjalanan molor sekitar 36 jam," ujarnya. Johan mengatakan pesawat melewati Nairobi, Dakar, India, dan Maladewa. Pesawat ini didatangkan dari Bandara Fort Lauderdale Executive di Florida, Amerika Serikat. Pesawat berangkat pada Kamis lalu, 11 Agustus, dari Florida menuju Bogota.

Manifes yang dimiliki Tempo menyebutkan pesawat ini terbang sekitar pukul 02.06 waktu Amerika Serikat dan tiba di Bandara El Dorado sekitar pukul 04.15 waktu Kolombia. Pesawat ini terbang di ketinggian 41 ribu kaki dengan kecepatan 445 knot. Jet ini ditunjang mesin turbo Rolls-Royce BR710-48 buatan Inggris tahun 1982.

"Bodi pesawat ramping memungkinkan mendarat di bandara-bandara kecil," ujar Dudi. Jet bisnis ultra-long range yang mampu terbang nonstop sejauh 13.521 kilometer dari Seoul, Korea Selatan, ke Florida ini memiliki panjang 29,40 meter dengan lebar sayap 28,5 meter. Karena itu, kata Dudi, bisa saja pesawat mendarat di bandara-bandara kecil lain.

"Misalnya di Cengkareng," ujarnya. "Tapi saya tak tahu alasan pastinya kenapa molor."

Berdasarkan zona waktu, kata dia, semestinya perjalanan pesawat carteran seperti ini butuh waktu lebih pendek ketimbang pesawat komersial lain.

Adapun pilot Danny tak bisa dimintai keterangan lebih lanjut. Dia hanya mengatakan pesawat diisi 10 orang. Saat akan ditanya soal lokasi transit, petugas keamanan bandara meminta pilot bule berwajah mirip aktor komedi Jack Black ini tak bicara kepada wartawan. "Maaf, saya dilarang bicara," ujarnya seraya bergegas ke mobil Avanza hitam.(Sumber)

Photobucket
Free Counter
Photobucket