
Badannya
agak berotot dan sedikit bungkuk dengan perut buncit, kulit hitam
serta gigi yang hancur karena narkoba. Dari perawakan nya, nyaris tidak
tersisa kegagahan seorang Andre (bukan nama asli) mantan aktor Sinetron tahun 1990-an yang menjadi korban kecanduan narkoba.
“Lumayanlah
sekarang saya masih bisa dapat uang Rp 15.000, kalau kebetulan jaga
parkir waktu malam hari. Sekarang saya sudah enam tahun lebih bersih
dari narkoba dan dapat terapi khusus,” ujar Andre yang tinggal di daerah
Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sekarang Hampir setiap malam, dari jam
20.00 sampai jam 22.00, Andre mencari nafkah menjaga parkir di depan
sebuah apotek di dekat rumah sakit milik TNI.
Kehidupan
Andre adalah bagaikan Roller Coaster yang selalu naik dan turun secara
drastis. Dia pernah merasakan hidup dengan wajah yang tampan, punya
ayah seorang pejabat penting sekaligus anggota parlemen dan hidup
layaknya seorang terkenal. Tapi sekarang dia merasa hidup sudah seperti
sampah masyarakat.
Andre
sangat bersyukur karena tidak terjerumus lebih dalam karena narkoba.
Extasy, putau, sampai sabu-sabu sudah sering menemani Andre sejak
pertengahan tahun 1995. “Teman kuliah saya waktu kuliah perhotelan sudah
banyak yang meninggal. Ada beberapa yang meninggal karena overdosis di
dalam kampus,” ujar Andre.
Malapetaka
narkoba menyambar hidup Andre di kampus dan dunia artis. Mulanya hanya
sekedar mencoba tapi lama-lama menjadi ketagihan. Andre mengatakan
bahwa kalo tidak suntik putau atau isap sabu, rasanya dia tidak bisa
apa-apa dan semangat hidup hilang.
Andre
terpaksa tersingkir dari dunia sinetron karena keadaan fisiknya yang
semakin lemah dan parah. Ayah Andre sudah berusaha mencari jalan keluar
untuk mengembalikan putranya ke jalan yang benar. Dia pun mengirim
Andre ke berbagai lembaga rehabilitasi dan pesantren namun hasilnya
minimal.
Jalan
berliku-liku yang harus di tempuh seorang pecandu untuk sembuh dari
kecanduannya. Andre harus mengalami jatuh bangun berkali-kali dan
teman-teman lamanya selalu ingin meracuni dia lagi supaya kembali
menikmati narkoba. Pada saat sedang ketagihan berat, Andre tidak
berpikir dua klai untuk menjual barang-barang se-isi rumah termasuk
barang berharga milik orang-tuanya yang di jual di warung pemulung dekat
rumahnya.
Tahun
2003 adalah untuk terakhir kalinya bagi Andre memakai narkoba pada
saat dia menghadiri pesta ulang tahun seorang bandar narkoba terkenal.
“Untung ayah saya masih mau merawat saya,” ujar Andre.
Andre
mengatakan bahwa ketiga adiknya sekrang sudah memeliki pekerjaan tetap
dan berumah-tangga dengan baik. Sayangnya hanya dia sendiri yang masih
menjadi beban ayahnya yang kini menduda. Sekarang di usia nya yang
baru memasuki 35 tahun, fisik Andre sudah terasa layu dan rambutnya
sudah beruban. Kulitnya pun bersisik karena kebanyakan narkoba,
meskipun demikian Andre merasa beruntung bisa terlepas dari jeratan
Narkoba.
Jupri
yang adalah tetangga Andre menjelaskan bahwa dulunya Andre adalah
seorang yang ganteng dan gagah yang kemana-mana selalu berdandan seperti
bintang film Hollywood. Badannya tegap, mengenakan kemeja dan jeans
bermerek. Rambutnya panjang dan diikat ekor kuda seperti Steven Seagal.
Sekarang dia terpaksa jadi tukang parkir karena kecanduan narkoba
padahal dulunya sering sekali main Sinetron.
Narkoba
memang mudah dan cepat sekali dalam mendatangkan bencana bagi manusia.
Menurut Jupri, paling tidak ada sekitar 15 orang pemuda yang sudah
tewas karena narkoba di daerah Tanah Abang. (sumber)