Quote:
Labeling
Labeling adalah proses melabel seseorang. Label, menurut yang tercantum
dalam A Handbook for The Study of Mental Health, adalah sebuah definisi
yang ketika diberikan pada seseorang akan menjadi identitas diri orang
tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe bagaimanakah dia.Dengan
memberikan label pada diri seseorang, kita cenderung melihat dia secara
keseluruhan kepribadiannya, dan bukan pada perilakunya satu persatu.
|
Quote:
Dampak Labeling Terhadap Anak
Dalam teori labeling ada satu pemikiran dasar, "seseorang yang diberi
label sebagai seseorang yang devian dan diperlakukan seperti orang yang
devian akan menjadi devian".
Penerapan dari pemikiran ini akan kurang lebih seperti berikut "anak
yang diberi label bandel, dan diperlakukan seperti anak bandel, akan
menjadi bandel". Atau penerapan lain "anak yang diberi label bodoh, dan
diperlakukan seperti anak bodoh, akan menjadi bodoh". Kalau
begitu mungkin bisa juga seperti ini "Anak yang diberi label pintar, dan
diperlakukan seperti anak pintar, akan menjadi pintar".
Pemikiran dasar teori labeling ini memang yang biasa terjadi, ketika kita sudah melabel seseorang, kita cenderung memperlakukan seseorang sesuai dengan label yang kita berikan.
Misalnya, seorang anak yang diberi label bodoh cenderung tidak
diberikan tugas-tugas yang menantang dan punya tingkat kesulitan di atas
kemampuannya karena kita berpikir "ah dia pasti tidak bisa kan dia
bodoh, percuma saja menyuruh dia". Karena anak tersebut tidak dipacu
akhirnya kemampuannya tidak berkembang lebih baik.
Kemampuannya yang tidak berkembang akan menguatkan pendapat/label
orangtua bahwa si anak bodoh. Lalu orangtua semakin tidak memicu anak
untuk berusaha yang terbaik, lalu anak akan semakin bodoh. Anak yang
diberi label negative dan mengiyakan label tersebut bagi dirinya,
cenderung bertindak sesuai dengan label yang melekat padanya. Dengan ia
bertindak sesuai labelnya, orang akan memperlakukan dia juga sesuai
labelnya. Hal ini menjadi siklus melingkar yang berulang-ulang dan
semakin saling menguatkan terus-menerus.
Dalam buku Raising A Happy Child, banyak ahli yang setuju, bahwa
bagaimana seseorang memandang dan merasakan dirinya sendiri akan menjadi
dasar orang tersebut beradaptasi sepanjang hidupnya. Anak yang
memandang dirinya baik akan mendekati orang lain dengan rasa percaya dan
memandang dunia sebagai tempat yang aman, dan kebutuhan-kebutuhannya
akan terpenuhi. Sementara anak yang merasa dirinya tidak berharga, tidak
dicintai akan cenderung memilih jalan yang mudah, tidak berani
mengambil resiko dan tetap saja tidak berprestasi.
Bagi banyak orang (termasuk anak-anak) pengalaman mendapatkan label
tertentu (terutama yang negatif) memicu pemikiran bahwa dirinya ditolak.
Pemikiran bahwa dirinya ditolak dan kemudian dibarengi oleh penolakan
yang sesungguhnya, dapat menghancurkan kemampuan berinteraksi,
mengurangi rasa harga diri, dan berpengaruh negative terhadap kinerja
seseorang dalam kehidupan sosial dan kehidupan kerjanya.
|
Saran Bagi Orangtua
Adalah penting bagi anak untuk merasa bahwa dirinya berharga dan
dicintai. Perasaan ini diketemukan olehnya lewat respon orang-orang
sekitarnya, terutama orang terdekat yaitu orangtua. Kalau respon
orangtua positif tentunya tidak perlu dicemaskan akibatnya. Tetapi,
adakalanya sebagai orangtua, tidak dapat menahan diri sehingga
memberikan respon-respon negatif seputar perilaku anak. Walaupun
sesungguhnya orangtua tidak bermaksud buruk dengan respon-responnya,
namun tanpa disadari hal-hal yang dikatakan orangtua dan bagaimana
orangtua bertindak, masuk dalam hati dan pikiran seorang anak dan
berpengaruh dalam kehidupannya.
Quote:
1. Berespon secara spesifik terhadap perilaku anak, dan bukan kepribadiannya.
Kalau anak bertindak sesuatu yang tidak berkenan di hati, jangan
berespon dengan memberikan label, karena melabel berarti menunjuk pada
kepribadian anak, seperti sesuatu yang terberi dan tidak bisa lagi
diperbaiki. Contoh: Kalau anak tidak berani menghadapi orang baru,
jangan katakan "Aduh kamu pemalu sekali", atau "Jangan penakut begitu
dong Nak", tetapi beresponlah "Tidak kenal ya dengan tante ini, jadi
tidak mau menyapa. Kalau besok ketemu lagi, mau ya menyapa, kan sudah
pernah kenalan". Kalau anak nakal (naughty), jangan katakan bahwa dia
nakal tapi katakan bahwa perilakunya salah (misbehave).
Anak-anak sering berperilaku salah, selain karena mereka memang belum
mengetahui semua hal yang baik- buruk; benar-salah; boleh-tidak boleh,
mereka juga suka menguji batas-batas dari orangtuanya. Misalnya, kakak
merebut mainan adik, katakan "Kakak, merebut mainan orang lain itu
salah, tidak boleh begitu. Kalau main sama adik gantian ya" (dan bukan
mengatakan "Kakaaaaak, nakal sekali sih merebut mainan adiknya"). Dengan
demikian tidak ada pesan negatif yang masuk dalam pikiran anak, dan
bahkan anak didorong untuk mau bertindak benar di waktu berikutnya.
|
Quote:
2. Gunakan label untuk kepentingan pribadi orangtua.
Sebenarnya melabel tidak selamanya buruk, asalkan label tersebut
digunakan orangtua untuk dirinya sendiri, agar lebih memahami dinamika
perilaku anak. Misalnya, "Anakku A lebih bodoh daripada anakku B". Tapi
label tersebut tidak dikatakan di depan anak, "A kamu itu kok lebih
bodoh ya daripada adikmu si B".
Dengan mengetahui dinamika anak lewat label yang ada dalam pikiran
orangtua sendiri, hendaknya orangtua menggunakan label tersebut untuk
menyusun strategi selanjutnya, agar kekurangan anak diperbaiki.
Misalnya, setelah mengetahui A lebih bodoh daripada B, maka orangtua
memberikan lebih banyak waktu untuk mengajarkan sesuatu dan
mempersiapkan diri untuk lebih sabar jika menghadapi A.
|
Quote:
3. Menarik diri sementara jika sudah tidak sabar.
Adakalanya orangtua sudah tidak sabar dan inginnya melabel anak,
misalnya "Heeeeh kamu goblok banget sih, 1 + 1 saja tidak bisa-bisa".
Jika kesabaran sudah diambang batas, sebelum kata-kata negative keluar,
ada baiknya orangtua menarik diri sementara dari anak, time off. Katakan
pada anak, "Papa sudah lelah, mungkin kamu juga sudah lelah. Kita
istirahat dulu, nanti belajar lagi sama-sama. Siapa tahu setelah
istirahat kita berdua lebih berkonsentrasi dan semangat belajar".
|
Bagaimana cara orangtua
berbicara dan menanggapi kekurangan-kekurangan anak akan sangat
berpengaruh bagi anak sepanjang hidupnya.
Oleh karena itu orangtua harus sangat berhati-hati dan mempertimbangkan
secara matang apa yang akan diucapkan kepada anaknya. Mulutmu harimaumu,
begitulah kata pepatah, yang dalam hal ini mulut orangtua bisa menjadi
harimau bagi anak.
Penting sekali orangtua selalu berkata-kata positif tentang anak, agar
anak jadi berpikir positif tentang dirinya dan bertumbuh dengan harga
diri yang tinggi dan perasaan dicintai dan diterima.
|