Kerugian Jika Mengabaikan Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Karena Harga Pidatonya Itu Sangat Mahal –
Rugi kita jika menyia-nyiakan pidato Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY), karena pidatonya sangat mahal harganya. Bayangkan,
anggaran pembuatan naskah pidato SBY mencapai miliaran rupiah.
Belum
tuntas kontroversi soal anggaran baju dinas Presiden dan pengadaan
furniture Istana Negara, kini publik menyoroti anggaran penyusunan
naskah pidato Presiden SBY.
Selebihnya
adalah anggaran khusus untuk kurikulum naskah pidato di pos anggaran
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SDM Setneg. Total anggaran
sekitar Rp1,9 miliar.
Angka
itu bisa dibilang fantastis. Sebab, pekerjaan membuat naskah pidato
Presiden SBY sudah melekat kepada staf-staf ahli Presiden. Jadi, untuk
apa duit Rp1,9 miliar dicanangkan?
Mahalnya
biaya pembuatan naskah pidato SBY tersebut dinilai irasional karena
tak sebanding dengan mutu pidato SBY. Alasannya, menurut Koordinator
Forum Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia untuk Transparansi
Anggaran (FITRA), Uchok Sky Khadafi, kebanyakan pidato Yudhoyono cuma
berisi curhat pribadi, tak ada solusi.
“Memang ada anggaran untuk pidato Kepresidenan? Setahu aku adanya anggaran untuk curhat SBY. Kan selama ini pidatonya memang kebanyakan cuma curhatan, dan nggak jelas urgensinya,” kata Uchok berkelakar.
Uchok
menambahkan, menurut versi FITRA, selama ini negara telah
menghabiskan anggaran sekitar Rp 4 miliar pertahun cuma untuk
menyiapkan naskah curhat Yudhoyono.
...saat ini rakyat lagi pusing dengan rencana kenaikan TDL dan dicabutnya BBM bersubsidi. Eh, pemerintah malah buang-buang uang untuk biaya curhat Pak SBY...
“Padahal
saat ini rakyat lagi pusing dengan rencana kenaikan TDL dan
dicabutnya BBM bersubsidi. Eh, pemerintah malah buang-buang uang untuk
biaya curhat Pak Beye,” ucapnya.
Karenanya, Uchok mendesak DPR agar secepatnya mengevaluasi seluruh anggaran kepresidenan.
“Kalau
DPR mendiamkan itu berarti DPR ikut menghamburkan uang rakyat. DPR
harus cepat mengambil tindakan. Itu duit rakyat, harus
dipertanggungjawabkan,” pungkas Uchok.
Senada
itu, Sekjen FITRA, Yuna Farhan, penyusunan pidato Presiden tidak
perlu sebesar itu. Dewan Perwakilan Rakyat perlu mengkritisi.
Tidak
perlu boros-boros membuat naskah pidato presiden jika isinya tidak
bisa ditangkap jelas oleh rakyat. Tidak perlu mahal-mahal apabila
pidato presiden isinya curahan hati (curhat)
“Setiap sen yang keluar harus diukur dari kinerjanya. Saya kira jumlah itu keterlaluan,” ujarnya.
Sementara
itu, peneliti Politik dan Anggaran Indonesia Budget Center, Roy
Salam, menilai biaya pembuatan naskah pidato SBY itu sebagai anggaran
yang mubazir. Menurutnya, anggaran penyusunan naskah pidato itu tak
perlu ada, karena itu adalah bagian dari tugas rutin pegawai
kepresidenan. “Ada aja cara pemerintah menghamburkan uang rakyat,”
imbuh Roy.
...ini jelas bertentangan dengan kampanye hemat anggaran yang kerap digembar-gemborkan SBY saat kampanye dulu. Perilaku hidup pemerintah saat ini justru boros...
Roy
menambahkan, penyusunan anggaran ini jelas bertentangan dengan
kampanye hemat anggaran yang kerap digembar-gemborkan SBY saat
kampanye dulu. “Perilaku hidup pemerintah saat ini justru boros.”
DPR Akan Kritisi Anggaran Pidato Presiden SBY
Anggota
Panitia Anggaran Komisi II, Miryam S Haryani, menilai anggaran yang
dikeluarkan untuk penyusunan naskah pidato Presiden Yudhoyono terlalu
besar.
Seharusnya,
pemerintah lebih cermat lagi dalam menyusun anggaran. “Kan sudah ada
staf Kepresidenan yang menangani masalah kegiatan sehari-hari
Presiden. Masak negara masih harus mengeluarkan dana sebesar itu,”
kata Miryam S Haryani.
Politisi
Partai Hanura ini mengungkapkan, saat ini panja anggaran di Komisi II
masih mempelajari RKA-KL Sesneg dan pembahasannya sudah memasuki
detail pengalokasian semua anggaran termasuk, anggaran penyusunan
naskah pidato Presiden.
“Kita akan nilai apakah anggaran tersebut sudah efisien atau tidak,” katanya.
Wanita
yang akrab disapa Mbak Yani ini berjanji akan mengkritisi anggaran
pidato Presiden tersebut. “Karena itu kan duit negara, uang rakyat,
masak kita biarkan duit itu dihambur-hamburkan,” katanya.
Senada
itu, Anggota Panitia Anggaran Komisi II dari Fraksi PDIP, Eddy
Mulhati menilai anggaran itu terlalu besar, karena selama ini output
dari pidato Presiden SBY sama sekali tidak jelas.
Anggaran Pidato SBY adalah Pemborosan Besar
Mantan
Mensesneg Yusril Ihza Mahendra, mengaku terkejut jika saat ini Setneg
mengalokasikan anggaran khusus untuk penyusunan naskah pidato
presiden. Menurut penulis naskah pidato yang berkarier sejak di era
rezim Soeharto, BJ Habibie dan Presiden Yudhoyono ini, sejak era
Soeharto, BJ Habibie hingga dia terakhir menjabat sebagai Mensesneg di
era Kabinet Indonesia Bersatu I, tak ada anggaran khusus penyusunan
naskah pidato Presiden.
“Waktu
beta jadi Mensesneg, anggaran untuk pidato Presiden itu nol rupiah.
Beta sendiri yang menulis pidatonya. Bahannya dari mana saja, beta
yang nyusun naskahnya,” papar Yusril yang mengaku sudah menyusun 384
naskah pidato buat Yudhoyono.
...Mantan Mensesneg Yusril Ihza Mahendra terkejut dengan anggaran ini. "Inilah ganjilnya pemerintahan SBY sekarang ini. Seharusnya kan itu tanggung jawab Mensesneg," kata Yusril...
Jadi, lanjut Yusril, jika saat ini ada anggaran khusus penyusunan naskah pidato Presiden, adalah pemborosan yang tidak wajar.
“Inilah
ganjilnya pemerintahan SBY sekarang ini. Seharusnya kan itu tanggung
jawab Mensesneg. Lihat saja Keppres tentang Setneg,” imbuh Yusril.
Yusril
menyatakan, pemerintah harusnya prihatin dengan keadaan rakyat saat
ini. Agar tidak menghamburkan duit negara, tugas penulisan naskah
pidato seharusnya diberikan kepada Mensesneg, Sudi Silalahi.
Sumber : http://menujuhijau.blogspot.com/2010/10/jangan-pernah-mengabaikan-pidato-sby.html