Saat ini, kondisi pelayanan jalan lintas timur dalam wilayah Riau termasuk terburuk.
Provinsi Riau termasuk daerah paling kaya di Indonesia. Sayang, meski daerah ini kaya dan menyumbang sampai 45 persen dari hasil minyak dan gas (migas) nasional, kondisi wilayah ini terbilang cukup memprihatinkan.
Gubernur Rusli Zainal mengeluh, hanya mendapat dana bagi hasil sebesar Rp1 triliun. Kecilnya anggaran ini membuat keuangan pemerintah daerah tidak bisa memiliki banyak ruang pembangunan.
"Kondisi jalan kami dari 3.000 kilometer jalan provinsi, hanya 1.000 kilometer di antaranya yang teraspal dengan kondisi baik. Sedangkan dari 1.134 kilometer jalan nasional, hanya 190 kilometer yang kondisi baik, sisanya sedang sampai rusak berat," kata Rusli di Kantor Kementerian Keuangan, Jumat 15 Oktober 2010.
Menurut Rusli, pada ruas jalan nasional terdapat 65 persen atau sekitar 700 kilometer jalan aspal yang melampaui umur, sehingga membutuhkan pelapisan ulang. Di antara itu terdapat pula 70 persen atau 795 kilometer ruas jalan nasional dengan lebar perkerasan aspal enam meter kondisinya belum memenuhi lebar standar jalan nasional 2-7-2.
"Saat ini, kondisi pelayanan jalan lintas timur dalam wilayah Riau termasuk terburuk di Sumatera," kata Rusli. Ia pun mengeluhkan, perihal status ribuan kendaraan yang kini kapasitasnya sudah mencapai 45 ton, sedang kapasitas jalan hanya mampu menahan beban mobil dengan kapasitas sampai 20 ton.
Untuk itu, kepada presiden dalam pertemuan di Bogor beberapa waktu
lalu, Rusli telah meminta agar status jalan di Riau ditingkatkan dari
yang III-IV sekarang menjadi golongan I.
Dia juga mengaku prihatin pada kondisi kelistrikan di Riau yang masih buruk. "Saat ini rasio elektrifikasi di daerah kami masih sebesar 42,62 persen atau di bawah rata-rata nasional yakni 66 persen," katanya.
Dia juga mengaku prihatin pada kondisi kelistrikan di Riau yang masih buruk. "Saat ini rasio elektrifikasi di daerah kami masih sebesar 42,62 persen atau di bawah rata-rata nasional yakni 66 persen," katanya.
Rulsi pun menyebutkan, sebagian besar listrik di daerahnya yang
dimiliki oleh perusahaan, itu sepenuhnya dimiliki swasta. "Itu ada
2.000 megawatt. Coba kalau itu bisa dikelola PLN," katanya. Saat ini,
pertumbuhan kebutuhan permintaan energi listrik di provinsi Riau
tercatat rata-ratanya adalah sebesar 12 persen.
Kondisi memprihatinkan lain adalah pada tingkat pelayanan air minum perkotaan di provinsi Riau yang rata-rata hanya 7,17 persen. Kondisi ini adalah pelayanan terendah di Sumatera dan nomor dua terendah di Indonesia.
Kondisi memprihatinkan lain adalah pada tingkat pelayanan air minum perkotaan di provinsi Riau yang rata-rata hanya 7,17 persen. Kondisi ini adalah pelayanan terendah di Sumatera dan nomor dua terendah di Indonesia.
Sebagai catatan, target pelayanan air minum nasional pada tahun 2010 adalah sebesar 48 persen.
Sumber: http://bisnis.vivanews.com/news/read/183132-riau-kaya--infrastruktur-amburadul