Kementerian Keuangan mencatat total utang pemerintah per 31 Desember
2010 mencapai Rp 1.676 triliun. Laporan Perkembangan Utang Negara
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Edisi Januari
2011 yang diperoleh di Jakarta, Kamis
(27/1/2011), mencatat angka tersebut merupakan angka sangat sementara
menggunakan patokan kurs Rp 8.991 per dollar Amerika Serikat.
Jumlah utang pemerintah pusat senilai Rp 1.676 triliun, terdiri dari
utang dalam bentuk pinjaman (luar negeri) senilai 68,04 miliar dollar AS
(36,5 persen). Sementara itu, utang dalam bentuk surat berharga negara
sebesar 118,39 miliar dollar AS atau Rp 1.064 triliun (63,5 persen).
Pinjaman senilai 68,04 miliar dollar AS (Rp 612 triliun) terdiri dari
pinjaman bilateral sebesar 41,83 miliar dollar AS, pinjaman
multilateral 23,13 miliar dollar AS, pinjaman komersial 3,02 miliar
dollar AS, dan pinjaman suppliers 0,06 miliar dollar AS. Sementara itu,
surat berharga negara terdiri dari surat berharga negara dalam
denominasi valuta asing sebesar 18,02 miliar dollar AS dan dalam
denominasi rupiah sebesar 100,37 miliar dollar AS.
Jika dirinci berdasar negara/lembaga kreditornya, pinjaman luar
negeri sebesar 68,04 miliar dollar AS yang terdiri dari pinjaman Jepang
sebesar 30,49 miliar dollar AS (44,8 persen), Bank Pembangunan Asia
11,15 miliar dollar AS (16,4 persen), Bank Dunia 11,37 miliar dollar AS
(16,7 persen), dan lainnya 15,05 miliar dollar AS (22,1 persen).
Dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2009, posisi utang
pemerintah per 31 Desember 2010 menunjukkan kenaikan. Total utang
pemerintah pusat per 31 Desember 2009 mencapai Rp 1.590,66 triliun atau
169,22 miliar dollar AS (kurs Rp 9.400 per dollar AS) yang terdiri dari
pinjaman sebesar 65,02 miliar dollar AS (Rp 611 triliun) dan surat
berharga negara sebesar 104,20 miliar dollar AS (Rp 979 triliun).
Penerbitan surat berharga negara selama 2010 terutama di pasar
domestik antara lain untuk refinancing utang lama, mengurangi pinjaman
luar negeri, dan untuk mengembangkan pasar keuangan domestik. Sementara
itu, pinjaman luar negeri pada 2010 naik dibandingkan 2009 terutama
karena volatilitas nilai tukar rupiah terhadap berbagai denominasi mata
uang dalam pinjaman luar negeri.
Sumber: Klik Disini