Bocah kurus berkulit legam dan tanpa
baju itu mengayak mangkuk berisikan air keruh kecoklatan. Harapannya
hanya satu, mendapatkan emas, tidak peduli kandungan merkuri di dalam
air sedikit-demi-sedikit menggerogoti tubuhnya yang mungil dari dalam.
Sementara itu, bocah belasan tahun lainnya, memasuki lubang kecil di
tanah. Mengeruk dasar sebisanya, membawanya ke permukaan dan
memberikannya ke bocah lainnya untuk diayak. Gambaran yang menyedihkan,
tapi inilah kenyatan hidup yang dialami oleh ratusan anak kecil di
Afrika, khususnya di Senegal.
Seorang pengusaha perhiasan asal Inggris, Deirdre Bounds, menceritakan
bahwa sebagian emas di Inggris dihasilkan secara ilegal dari tangan
anak-anak ini. Bounds mengaku dia tidak akan membeli emas yang dijual
oleh para pengusaha yang mempekerjakan anak-anak itu.
"Saya tidak percaya apa yang saya lihat. Anak-anak ini menghabiskan
waktunya dari pagi hingga malam di lubang yang kecil dan berbahaya,
hanya untuk mencari butiran emas," ujar Bounds dikutip dari laman Daily
Mail.
"Mereka terpapar merkuri, yang sangat beracun. Mereka memegangnya dengan tangan kosong," lanjutnya lagi.
Bounds mengatakan bahwa anak-anak ini tidak bersekolah. Di
pertambangan, sanitasi dan kebersihan lingkungan juga sangat buruk.
Bukan hanya anak-anak, di tempat ini juga terlihat ibu-ibu turut
mencari emas sambil menggendong bayi-bayi mereka. Padahal, merkuri yang
dihirup atau terkena kulit dapat menyebabkan penyakit paru-paru
ataupun gagal ginjal pada bayi mereka.
Seorang penambang, Djimba Sidibe, 14, mengatakan dia telah menghabiskan
seluruh hidupnya mencari emas. Dia sadar bahwa apa yang dia lakukan
berbahaya, namun apa daya, perut yang kosong harus diisi.
"Ketika di tambang, saya turun ke dalam lubang dan mulai menggali
tanah. Di bawah sana sangat panas dan memecahkan batu sangat sulit.
Tembok lubang sangat rapuh, jika sampai runtuh maka kamu terkubur,"
ujar Sidibe.
Menurut program survey National Geographic, The Real Price of Gold, sebanyak 90 persen penambang emas adalah pekerja di pertambangan ilegal di seluruh dunia. Terbanyak adalah di Afrika dan Amerika Selatan. Sebanyak 10 sampai 30 persen perhiasan emas di seluruh dunia dilaporkan berasal dari galian tangan para anak-anak ini.
Bounds mengatakan bahwa terdapat undang-undang asal usul bagi pertambangan berlian yang disebut dengan nama 'Kimberley Process'. Hal ini untuk memastikan berlian tidak diperoleh dengan cara ilegal,
seperti mempekerjakan anak-anak ataupun kerja paksa. Berlian ilegal ini
disebut sebagai berlian darah (blood diamond). Namun, untuk
pertambangan emas, undang-undang asal usul semacam itu masih belum
dikeluarkan.
Untuk itu, Bounds menyerukan kepada para penjual emas di seluruh
Inggris untuk memastikan sumber emas-emas mereka. Berdasarkan
penelitiannya, kebanyakan perusahaan perhiasan di Inggris berbohong mengenai sumber emas mereka.
Bounds mengusulkan agar para pengusaha perhiasan melakukan daur ulang
emas ketimbang terus membelinya dari penambang. "Jika kita mulai
melakukan ini, maka industri ini akan lebih tertib," ujarnya.
Mungkin juga sudah waktunya bagi kita untuk melakukan hal yang sama.
Pertanyakan asal-usul emas yang kita beli. Siapa tahu, cincin emas yang
kita pakai dihasilkan dari darah seorang anak Afrika.
sumber