Semua turut berduka ketika Pesawat Merpati jatuh di dekat Bandara
Kaimana, Papua Barat (7/5). Kejadian nahas tersebut menewaskan 27
orang penumpang termasuk pilot pesawat tersebut. Namun meninggalkan
pertanyaan yang gatal minta dijawab. Ternyata Pesawat Merpati yang
jatuh tersebut adalah Pesawat jenis Xian MA-60 produksi Xi’an Aircraft
Industrial Corporation di bawah China Aviation Industry Corporation I
(AVIC I). Pesawat produksi tahun 2010 ini bahkan baru 2 (dua) bulan
dioperasikan oleh Merpati.
MA-60
Meskipun
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Herry
Bhakti S Gumay dan Direktur Utama Merpati, Sardjono Johnny Tjitrokusumo
menyatakan pesawat Merpati Nusantara Airlines MA 60 bernomor seri 2807
yang jatuh di Perairan Kaimana, Papua Barat pada Sabtu (7/5), laik
mengudara. Mereka turut dibela oleh Menhub Freddy Numberi yang
mengatakan keputusan pembelian pesawat MA-60 buatan China dilakukan
setelah melakukan perbandingan persyaratan dengan produk sekelas, Foker
buatan AS-Belanda dan CN 235 buatan PT Dirgantara Indonesia.
Itu dia! CN 235. Indonesia PUNYA pesawat sendiri koq membeli ke negara lain?
Padahal
Merpati pernah menggunakan 15 unit CN-235 masa pertengahan 1980-an.
Semua tahu pembelian pesawat terbang buatan Cina ini pernah ditentang
Wakil Presiden Jusuf Kalla pada waktu itu karena MA-60 belum memiliki
sertifikat kelaikan terbang yang diterbitkan oleh otoritas penerbangan
FAA. Bandingkan dengan CN 235 yang memiliki sertifikasi eropa dan
diakui FAA.
Mau tahu salah satu aturan FAA. Pabrikan harus
memberi jaminan kualitas bahwa tiap produknya harus mampu “take-off”,
terbang dan “landing” sebanyak 100.000 kali tanpa ada gerakan yang
akumulasinya bisa membuat sebuah pesawat berubah konstruksinya dan
membahayakan keselamatan.
Sebagai
gambaran pesawat buatan Rusia yang diadopsi MA-60 memiliki angka
kecelakaan 7 kali, dalam sejuta penerbangan yang dilakukan. Sementara
pesawat buatan barat, termasuk CN 235, memiliki angka kecelakaan 0,7
banding sejuta penerbangan. Ini berarti sepersepuluhnya.
Lihat
pula yang dilakukan Boeing dalam peristiwa kecelakaan Adam Air di
Majene 2008 silam. Boeing langsung memerintahkan pesawat sejenis
diseluruh dunia dihentikan pengoperasiannya hingga ditemukannya
penyebab. Tidak demikian halnya dengan MA 60, belasan Merpati MA-60
lainnya masih terus beroperasi.
Slogan CINTAILAH PRODUKSI DALAM
NEGERI ternyata omong kosong belaka. Tambah konyol ketika kita tidak
pernah percaya terhadap kemampuan negara sendiri bahkan untuk memberi
peluangpun tidak. Cek negara tetangga Malaysia yang mewajibkan Pejabat
Negara menggunakan mobil buatan dalam negeri mereka.
Padahal
tak kurang dari 21 negara yang telah menggunakan CN 235 versi militer.
CATAT! Negara lain mempercayai CN 235 untuk menjaga kedaulatan negara
mereka. Mereka berikut ini :
- Afrika Selatan: Angkatan Udara Afrika Selatan (1)
- Amerika Serikat: Penjaga Pantai Amerika Serikat (8 HC-144)
- Arab Emirat: Angkatan Laut Persatuan Emirat Arab
- Arab Saudi: Angkatan Udara Arab Saudi
- Botswana: Angkatan Udara Botswana
- Brunei: Angkatan Udara Brunei (1)
- Chile: Angkatan Darat Chile (4 CN-235-100)
- Ekuador: Angkatan Udara Ekuador
- Gabon: Angkatan Udara Gabon
- Irlandia: Korp Udara Irlandia (2 CN235MP)
- Kolumbia: Angkatan Udara Kolumbia
- Korea Selatan: Angkatan Udara Korea Selatan (20)
- Malaysia: Angkatan Udara Malaysia (8 CN235-220)
- Maroko: Angkatan Udara Maroko (7)
- Pakistan: Angkatan Udara Pakistan (4 CN235-220)
- Panama: Angkatan Udara Panama
- Papua New Guinea: Angkatan Udara Papua New Guinea
- Perancis: Angkatan Udara Perancis (19 CN235-100, 18 ditingkatkan menjadi CN235-200).
- Spanyol: Angkatan Udara Spanyol (20)
- Turki: Angkatan Udara Turki (50 CN235-100M); Angkatan Laut Turki (6 CN-235 SW /ASuW MPA); Penjaga Pantai Turki (3 CN-235 MPA)
- Yordania: Angkatan Udara Yordania (2)
Australia,
Singapura dan Malaysia pun sudah lama tahu kehebatan para insinyur
Indonesia. Buktinya? Mereka sekarang sedang mencermati pengembangan
lebih jauh dari CN 235 MPA (Maritime Patrol Aircraft) atau versi Militer.
Lalu
mengapa kita tidak percaya dan Merpati Indonesia malah membeli 15 unit
pesawat Xi’an MA -60 tahun 2005 BUATAN CINA dengan harga Us$234 juta untuk mengganti armada pesawat jenis Fokker dan CN-235 BUATAN INDONESIA yang sudah menua.
Tidak
melulu buatan Cina tidak baik. Tapi coba pertanyakan alasan kita
membeli Sepeda Motor Cina, Handphone Cina, TV Cina dan sekarang Pesawat
buatan Cina kalau tidak karena harganya yang murah!
SUNGGUH KONYOL!