Gagal panen--ANTARA/Arief Priyono/rj
KUPANG--MICOM: Sekitar
91.306 jiwa yang tersebar di 199 desa di tujuh kabupaten di Nusa
Tenggara Timur (NTT) terancam kelaparan, karena mereka mengalami gagal
tanam dan gagal panen.
Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKP2) NTT, Nikolaus
Nuhan, di Kupang, Jumat (19/8), mengatakan berdasarkan hasil analisa
Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) bulan Juni 2011 yang dilakukan
BKP2, terdapat 199 desa atau sebanyak 91.306 jiwa di tujuh kabupaten
yang berisiko tinggi mengalami rawan pangan.
"Mereka terancam mengalami kelaparan, jika tidak segera diintervensi pemerintah selama 3-6 bulan ke depan," kata Nikolaus.
Ketujuh kabupaten itu yakni Nagekeo dengan jumlah 1.324 jiwa,
Kabupaten Kupang 2.429 jiwa, Sumba Timur 46.309 jiwa, Timor Tengah
Utara (TTU) 14.609 jiwa, Belu 12.932 jiwa, Flores Timur 5.582 jiwa dan
Lembata 3.125 jiwa.
Warga yang berisiko tinggi mengalami rawan pangan ini, menurut dia, hanya bisa bertahan antara tiga hingga enam bulan, sehingga harus segera diintervensi dengan program padat karya, maupun bantuan pemerintah.
Menurut dia, di Kabupaten Timor Tengah Utara telah dilaporkan tentang bencana kelaparan berisiko tinggi di 78 desa atau 16.691 rumah tangga, karena penduduknya mengalami gagal panen (fuso).
"Hal yang sama juga terjadi di Sumba Timur juga telah dilaporkan adanya bencana kelaparan," kata Nikolaus.
Untuk mengintervensi ancaman rawan pangan berisiko tinggi ini, kata Nikolaus, pemerintah telah menyalurkan dana bantuan sosial (Bansos) ke 21 kabupaten/kota di NTT melalui dana APBN sebesar Rp25 juta dan Rp60 juta per kabupaten/kota.
Intervensi melalui dana Bansos juga akan disalurkan melalui APBD I
sebesar Rp50 juta untuk setiap kabupaten/kota. Selain itu, ujar
Nikolaus, pemerintah masih miliki cadangan pangan sebanyak 3.157 ton, di
samping ketersediaan beras rawan pangan di setiap kabupaten/kota
sebanyak 100 ton yang bisa dikeluarkan untuk penanganan darurat.(Sumber)