RMOL.
Tangan kanan Cikeas, Sudi Silalahi, membantah ada penggunaan uang
negara, bahkan tidak satu sen pun, untuk hajat pernikahan Edhie Baskoro
Yudhoyono (Ibas) dengan Siti Rubi Aliya Rajasa (Aliya).
Dia juga menegaskan bahwa publik tidak berhak tahu berapa ongkos pernikahan kedua anak pejabat negara itu karena murni menggunakan uang kantong pribadi.
"Tidak ada satu sen pun dari uang negara. Semua dari dana pribadi Presiden SBY dan Bapak Hatta Rajasa," kata Sudi yang mewakili pihak keluarga, jelang prosesi siraman di Puri Cikeas, Bogor, dua hari lalu.
Hingga hari akad nikah di Istana Negara Cipanas ini, memang pihak keluarga SBY maupun Hatta Rajasa tak sudi transparan kepada rakyat soal jumlah duit yang keluar, asal uang dan peruntukannya. Padahal pengerahan dua Polda, Jawa Barat dan Metro Jaya, serta dua komando daerah militer (Kodam) untuk pengamanan pernikahan, tentu saja mengucurkan kas negara.
"Secara etika dan moral, pejabat negara tidak pantas menyembunyikan harta mereka. Publik harus tahu halal atau haramnya. Nantinya, biar publik yang menilai sendiri jujur atau tidak. Penting sekali SBY dan Hatta mengumumkan (ongkos pernikahan Ibas-Aliya)," kata Koordinator Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), Uchok Sky Khadafi, kepada Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Kamis, 24/11).
Lain hal bila yang menggelar hajatan itu bukanlah pejabat publik, maka orang banyak tidak perlu tahu berapa uang yang dikeluarkan penyelenggara.
"Kalau dia pengusaha misalnya, kita tidak harus tahu karena mereka bukan pemimpin nasional kita. Kalau pemimpin itu teladan buat kita. Apa dia sederhana atau tidak, uang darimana, harus diketahui publik," lugas Uchok.
Sikap keluarga SBY dan Hatta Rajasa itu mengingatkan Uchok pada kisah pemerintahan raja-raja Nusantara zaman dahulu kala. Apakah SBY dan Hatta masih menempatkan diri mereka sebagai raja-raja, mungkin saja.
"Raja namanya kalau merasa tidak perlu wajib mengumumkan harta dan uangnya kepada rakyat. Tapi kita sudah berbentuk republik, bukan kerajaan kayak Majahapahit atau Sriwijaya," sindirnya.
Sepanjang pihak Istana tidak merilis dengan transparan berapa biaya pernikahan Ibas-Aliya, maka jangan salahkan publik kalau tetap mempercayai data-data yang beredar selama ini, termasuk dari LSM Benteng Demokrasi Rakyat, yang menyebut biaya pernikahan Ibas-Aliya menelan Rp 40 miliar.
"Ya harus dibuktikan dulu oleh mereka (SBY dan Hatta) kalau mau bantah data itu," singkatnya.[RMOL]
Dia juga menegaskan bahwa publik tidak berhak tahu berapa ongkos pernikahan kedua anak pejabat negara itu karena murni menggunakan uang kantong pribadi.
"Tidak ada satu sen pun dari uang negara. Semua dari dana pribadi Presiden SBY dan Bapak Hatta Rajasa," kata Sudi yang mewakili pihak keluarga, jelang prosesi siraman di Puri Cikeas, Bogor, dua hari lalu.
Hingga hari akad nikah di Istana Negara Cipanas ini, memang pihak keluarga SBY maupun Hatta Rajasa tak sudi transparan kepada rakyat soal jumlah duit yang keluar, asal uang dan peruntukannya. Padahal pengerahan dua Polda, Jawa Barat dan Metro Jaya, serta dua komando daerah militer (Kodam) untuk pengamanan pernikahan, tentu saja mengucurkan kas negara.
"Secara etika dan moral, pejabat negara tidak pantas menyembunyikan harta mereka. Publik harus tahu halal atau haramnya. Nantinya, biar publik yang menilai sendiri jujur atau tidak. Penting sekali SBY dan Hatta mengumumkan (ongkos pernikahan Ibas-Aliya)," kata Koordinator Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), Uchok Sky Khadafi, kepada Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Kamis, 24/11).
Lain hal bila yang menggelar hajatan itu bukanlah pejabat publik, maka orang banyak tidak perlu tahu berapa uang yang dikeluarkan penyelenggara.
"Kalau dia pengusaha misalnya, kita tidak harus tahu karena mereka bukan pemimpin nasional kita. Kalau pemimpin itu teladan buat kita. Apa dia sederhana atau tidak, uang darimana, harus diketahui publik," lugas Uchok.
Sikap keluarga SBY dan Hatta Rajasa itu mengingatkan Uchok pada kisah pemerintahan raja-raja Nusantara zaman dahulu kala. Apakah SBY dan Hatta masih menempatkan diri mereka sebagai raja-raja, mungkin saja.
"Raja namanya kalau merasa tidak perlu wajib mengumumkan harta dan uangnya kepada rakyat. Tapi kita sudah berbentuk republik, bukan kerajaan kayak Majahapahit atau Sriwijaya," sindirnya.
Sepanjang pihak Istana tidak merilis dengan transparan berapa biaya pernikahan Ibas-Aliya, maka jangan salahkan publik kalau tetap mempercayai data-data yang beredar selama ini, termasuk dari LSM Benteng Demokrasi Rakyat, yang menyebut biaya pernikahan Ibas-Aliya menelan Rp 40 miliar.
"Ya harus dibuktikan dulu oleh mereka (SBY dan Hatta) kalau mau bantah data itu," singkatnya.[RMOL]