Puluhan pelajar setingkat SD di Madrasah Ibtidaiyah Matholibul Ulum,
Desa Kedungsari, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah,
mempraktikkan pembuatan crop circle atau lingkaran tanaman dengan pola
unik di lahan kosong desa setempat. Guru Matematika dan IPA kelas VI MI
Matholibul Ulum, Anshori, di Kudus, mengatakan, desain crop circle yang
muncul tiba-tiba di Sleman dan Bantul, DI Yogyakarta, belum lama ini
menjadi inspirasi memraktikkan ilmu bangun yang selama ini diajarkan di
sekolah.
“Selama di kelas siswa hanya mendapatkan teori, sedangkan di lahan
kosong itu siswa diajak mempraktikkan teori yang mereka terima
sebelumnya,” ujarnya, Jumat (28/1/2011). Sebanyak 30 siswa kelas VI yang
dilibatkan menggunakan alat dan media yang relatif sederhana. Alat yang
digunakan adalah tali rafia, pasak bambu, dan kelompen dari papan.
Ia menjelaskan, teknik pembuatannya, para siswa diminta membuat
lingkaran geometris yang terdiri atas lingkaran berdiameter 4 meter—di
dalamnya terdapat dua segitiga yang membentuk bintang—dengan merobohkan
ilalang hingga terlihat bentuk yang diinginkan. Praktik puluhan siswa
tersebut tak membuahkan hasil yang memuaskan karena lahan yang digunakan
hanya ditumbuhi ilalang dan bukan padi. Meski demikian, dia berharap
praktik lapangan tersebut mampu membuat siswa memahami ilmu bangun
dengan berbagai bentuk geometris.
Selain itu, katanya, para siswa mampu memahami fenomena crop circle
yang santer diisukan buatan makhluk luar angkasa yang mengendarai
unidentified flying object (UFO). “Secara ilmiah crop circle bisa dibuat
oleh manusia dengan menerapkan ilmu bangun. Mudah-mudahan praktik ini
juga bisa mengajak siswa untuk berpikir rasional terhadap segala bentuk
bangun yang ada,” ungkapnya.
Latifatul Mufarokah (12), siswa kelas VI, mengaku senang dilibatkan
dalam praktik membuat crop circle yang gencar diberitakan sejumlah media
di Tanah Air. “Pengalaman ini merupakan yang pertama dalam
mempraktikkan ilmu bangun,” ujarnya. Ia berharap praktik serupa bisa
dilakukan lagi sehingga kejenuhan siswa menerima pelajaran di kelas bisa
dikurangi. Siswa lain, Arif Budiyanto, berharap praktik lapangan bisa
diagendakan setiap periode tertentu agar tidak terlalu tegang dengan
sejumlah tugas yang diterima. “Lumayan, bisa rekreasi bersama
teman-teman secara gratis,” katanya.
(Sumber)