Sudah hampir sebulan kapal MV Sinar Kudus dibajak perompak Somalia,
pada tanggal 16 Maret lalu kapal naas yang mengangkut muatan biji nikel
dengan tujuan Belanda yang diawaki oleh anak-anak bangsa Indonesia
tersebut dikuasai pembajak Somalia. namun langkah kongkret pemerintah
RI belum ada yang signifikan pada upaya kongkret penyelamatan sandera
yang update terakhirnya kini tengah kritis.

Kondisi para Awak Kapal MV Sinar Kudus semakin kritis, langkah kongkret pemerintah masih tanda tanya
Hingga kini mereka mengaku terkatung-katung karena tak ada pihak
yang berupaya membebaskannya. Perusahaan yang mempekerjakan mereka PT
Samudra Indonesia maupun PT Aneka Tambang pemilik muatan biji nikel
menolak untuk membebaskannya, kini mereka mengharapkan ada campur
tangan pemerintah untuk menyelamatkannya. “Saya minta kepada presiden
agar pedulikan nasib kami,” ujar Slamet Juari, yang berhasil
menghubungi Tempo melalui telepon dari kapalnya Selasa 5 April 2011.
Menurut Slamet mereka telah sebulan dikurung di dalam kapal dan
hanya mampu makan sekali dalam sehari. Diatas kapal mereka dijaga
sekitar 35 pembajak yang bersenjata lengkap. Untuk berhubungan baik
dengan surat elektronik dan telepon mereka juga dikontrol para pembajak.
Pernah ada satu kali upaya penyelamatan oleh polisi setempat namun
para pembajak mengancam akan membunuh semua awak kapal jika polisi
menyergap para pembajak. “Terpaksa kami usir, polisi untuk menjauh,”
kata Slamet yang mengaku asal Klaten, Jawa Tengah ini. Mereka mengaku
terkatung-katung di pantai Eil Somalia setelah perusahaannya tak
sanggup memenuhi permintaan tebusan para pembajak. Selain Kapal MV
Sinar Kudus, dilokasi itu pembajak juga menyandera 8 kapal lainnya.
Rata-rata kapal jenis cargo.
Awalnya, kata Slamet, para pembajak meminta tebusan sebesar 2,6 juta
dollar. Namun karena tak ditanggapi permintaan tebusan meningkat
menjadi 3,5 juta dollar. Setelah lama tak juga direspon permintaan
tebusan terus meningkat. “Sekarang mereka minta 9 juta dollar, “
katanya. Slamet sendiri mengaku heran perusahaan yang memperjakan
mereka tak mau memenuhi permintaan tebusan para pembajak. Padahal nilai muatan kapal yang mereka bawa mencapai Rp 1,4 triliun.
Menurut Slamet, saat dibajak para perompak pada 13 Maret lalu,
mereka tengah dalam pelayaran dari Pamala, Sulawesi Barat ke Roterdam,
Belanda mengangkut buatan biji Nikel milik PT Aneka Tambang. Namun
hingga saat ini perusahaan yang mempekerjakannya maupun pemilik muatan
menolak memenuhi permintaan para pembajak. Sejauh ini mereka merasa
tidak ada upaya dari pemerintah untuk membebaskan mereka. “Saya minta
bantuan siapa saja yang bisa membebaskan kami, saya akan serahkan
muatan nikel ini, karena pemilik barang maupun kapal sudah lepas
tangan,” kata Slamet.
Coba bandingkan dengan kasus pembajakan yang serupa dialami oleh
Kapal Korsel, bagaimana upaya pemerintah Korsel menyelamatkan warganya
dan kepentingan nasional mereka dari ancaman musuh, mari kita lihat
kutipan berikut pada kasus Korsel,
Komando Angkatan Laut Korea Selatan (Korsel), Jumat (21/1/2011), menyerbu sebuah kapal barang yang telah dibajak perompak Somalia di Samudera Hindia. Aksi pasukan komando itu menyelamatkan semua kru kapal, termasuk dua awak asal Indonesia, dan menewaskan delapan bajak laut, kata para pejabat militer.
“Pasukan khusus kami tadi pagi menyerbu Samho Jewelry yang dibajak dan membebaskan semua sandera,” kata Kolonel Lee Bung-Woo, juru bicara Kepala Staf Gabungan Korsel. “Selama operasi itu, pasukan kami membunuh beberapa bajak laut Somalia dan semua sandera dipastikan selamat,” kata Lee kepada wartawan. Juru bicara Staf gabungan yang lain mengatakan, delapan bajak laut tewas.
Operasi penyelamatan itu terjadi di sekitar 1.300 kilometer dari timur laut Somalia, kata Lee. Nakhoda kapal barang kimia Korsel itu menderita luka tembak di perutnya dalam penyerbuan, tetapi kondisinya tidak mengancam jiwa. Para bajak laut itu merebut kapal berbobot 11.500 ton tersebut dan 21 awaknya, yang terdiri delapan warga Korea Selatan, dua orang Indonesia, dan 11 dari Myanmar, pada 15 Januari lalu di Laut Arab ketika kapal itu dalam perjalanan ke Sri Lanka dari Uni Emirat Arab.
Seoul memerintahkan sebuah kapal perusak yang berpatroli di Teluk Aden untuk mengejar dan Presiden Lee Myung-Bak memerintahkan “semua tindakan yang memungkinkan” demi menyelamatkan awak kapal.
Pihak militer mengatakan, penyelamatan itu terjadi menyusul suatu baku tembak singkat hari Selasa lalu, ketika kapal perusak itu berpapasan dengan bajak laut yang tampaknya meninggalkan kapal barang Korsel itu untuk mencoba merebut sebuah kapal Mongolia di dekatnya. Pasukan komando Korsel di atas sebuah speedboat dan helikopter Lynx dikirim untuk menyelamatkan kapal Mongolia tersebut.
Baku tembak pada hari Selasa itu menyebabkan beberapa bajak laut hilang dan diyakini tewas meskipun tubuh mereka belum ditemukan, kata juru bicara itu. Sementara tiga anggota pasukan terluka. Serangan Korsel pada hari Jumat itu didukung oleh sebuah kapal angkatan laut Oman.
Dalam kurun waktu 6 Hari tindakan kongkret pemerintahan Korsel
menyelamatkan warganya yang dalam ancaman pembajak Somalia berbuah dan
berhasil menyelamatkan bukan hanya warga Korsel melainkan beberapa
warga asing lainnya termasuk WNI yang ikut dalam kapal tersebut.

Apakah pemerintah tidak punya keberanian melawan mereka?
Sementara pada kasus MV Sinar Kudus hingga kini belum ada upaya
kongkret pemerintah RI untuk berupaya membebaskan sandera, masih
sebatas basa basi diplomasi. Lalu kemana kekuatan militer kita, mana
kesigapan intelejen dan pasukan khusus dari TNI, mana kebolehan Densus
88 Polri yang selama ini digembar gemborkan mampu membasmi terorisme,
apakah mereka semua tidak berani, tentunya semua tergantung pada
ketegasan pemimpin negeri ini bersikap.
Dalam memimpin bangsa yang besar ini sikap peragu bimbang dan lamban
tidak dibutuhkan untuk kemajuan bangsa dan negeri ini. Rakyat menanti
ketegasan sikap pemimpin, bukan hanya retorika politik dalam rangka
manuver kepentingan segelintir golongan semata.
Semoga Tuhan membukakan mata hati para pemegang kekuasaan negeri ini
untuk bersikap, semoga Tuhan memberikan keselamatan pada seluruh ABK
Kapal yang kini menantikan pertolongan tentunya dari pemimpin mereka di
Tanah Air.
Sumber: Tempo- Kompas dan BBC
Sumber: Tempo- Kompas dan BBC