Roda kehidupan terus berputar, pria kelahiran Sirte, Moammar Khadafy
yang pernah menjadi orang nomer satu di Libya akhirnya menemui ajal di
kota kelahirannya itu. Sirte terletak di bagian utara Libya. Dengan
ketinggian 28 meter di permukaan laut, Sirte bermuara di Teluk Sidra.
Pada 2010, kota ini berpenduduk 75.358 jiwa. Sirte, sekarang, terkenal
lantaran menjadi basis terakhir pendukung Moammar Khadafy. Perebutan
kota ini antara kelompok Dewan Transisi Nasional (NTC) Libya versus
loyalis Khadafy berlangsung alot. Siapa dulu yang bisa kira pemimpin
kuat di daratan Afrika Utara itu mengakhiri kekuasannya dengan begitu
tragis seperti ini.
Bahkan, catatan berbagai media seperti CNN, Xinhua, Al Jazeera, AP,
dan AFP menunjukkan kalau berminggu-minggu hujan peluru menghunjam kota
itu. Namun, baru pada Kamis (20/10/2011) sekitar tengah hari waktu
setempat, Sirte berada dalam genggaman NTC. Masih dalam perebutan itu,
Moammar Khadafy yang rupanya bertahan di kota kelahirannya dikabarkan
tertangkap pasukan NTC dalam kondisi terluka di kedua kakinya. Meski
sempat memperoleh pertolongan medis, pria kelahiran 7 Juni 1942 itu
mengembuskan napas terakhirnya. Sebuah video yang ditayangkan Al Jazeera
membuktikan kalau Khadafy tewas.
Saat merebut kekuasaan dari Raja Idris pada 1969, Khadafy masih
berpangkat kolonel. Kendati begitu, secara de facto, sampai kini ia
adalah penguasa otokrasi di Libya. Dia menghapuskan Konstitusi Libya
1951 dan menerapkan undang-undang berdasarkan ideologi politiknya.
Kekuasaan yang hampir 42 tahun telah menempatkannya menjadi penguasa
terlama sebagai pemimpin non-kerajaan keempat sejak 1900 dan terlama
sebagai pemimpin penguasa Arab. Klaim julukan pun bermunculan mulai dari
“Kakak Pemimpin”, “Penjaga Revolusi”, hingga “Raja dari Segala Raja”.
Acap mendapat tudingan diktator dari para pengecamnya, kekuasaan
Moammar Khadafy nyatanya susut sedikit demi sedikit. Adalah reformasi
setahun silam yang melanda kawasan Afrika Utara mulai dari Tunisia,
Mesir, sampai dengan Libya. Satu demi satu, pemimpin terhitung zalim
macam Hosni Mubarak dan Zine El Abidine Ben Ali dipaksa lengser.
Sementara perang saudara di Libya pun tak terelakkan. NTC yang
berbasis di Misrata gencar membombardir posisi-posisi loyalis Khadafy,
termasuk mencari tanpa henti keberadaan Khadafy dan keluarganya. NTC
memang memperoleh dukungan Barat melalui Pakta Pertahanan Atlantik Utara
(NATO). Lalu, sempat diwartakan berada di negara-negara tetangga
seperti Tunisia, jejak Moammar Khadafy memang terendus di Sirte.
Alhasil, berondongan senjata pasukan oposisi hari ini menuntaskan
perjalanan hidup Khadafy berikut rezimnya. [sumber]