Yunanto Wiji Utomo
Kadarusman (kiri) dan Hananto Prabowo, peraih Mahar Schutzenberger Award 2011 dari AFIDES Foundation.
Dua ilmuwan asal Indonesia yang tengah menempuh pendidikan doktoral di Perancis menerima Mahar Schutzenberger Award 2011 dari AFIDES Foundation. Mereka adalah Kadarusman dan Hananto Prakoso yang masing-masing tengah menyelesaikan studi di Universitas Paul Sabatier Toulouse dan Universitas Paris Est-Creteil.
Penghargaan ini diberikan sejak 20 tahun lalu kepada mahasiswa doktoral di Perancis yang penelitiannya dinilai memiliki kontribusi besar bagi sains dan teknologi. Hingga saat ini, tercatat sudah 48 mahasiswa yang menerima penghargaan ini.
Pemberian penghargaan berlangsung Kamis (20/10/2011) di Kantor Kedutaan
Besar Republik Indonesia di Paris, dihadiri Helen Schutzenberger sebagai
Presiden AFIDES, Duta Besar RI untuk Perancis Reslan Ishar Jenise, dan
profesor Perancis yang tergabung dalam Komite Saintifik.
Menurut Hélène Schutzenberger, disertasi kedua mahasiswa tersebut memiliki kualitas dan inovasi tinggi serta menawarkan solusi bagi persoalan keanekaragam hayati, transportasi, dan ekonomi Indonesia.
Duta Besar Indonesia untuk Perancis Reslan Ishar Jenie, dalam kata sambutannya, mengharapkan mahasiswa-mahasiswa Indonesia untuk terus berkarya demi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi kemanusiaan universal dan juga bangsa Indonesia.
Disertasi doktoral Kadarusman berjudul "Ikan Pelangi Kepala Burung Papua : Relasi Filogenetik, Sistematik dan Konservasi." Dalam studi tersebut, Kadarusman mengkaji keanekaragaman jenis ikan Pelangi di Kepala Burung Papua, kajian taksonomisnya, serta sejarah evolusinya. Ia mengungkapkan bahwa banyak jenis ikan pelangi kini terancam punah sehingga upaya konservasi maupun budidaya mutlak dilakukan.
"Data genetik yang didapatkan saat ini sudah cukup dijadikan dasar yang kuat melakukan konservasi ikan pelangi", tutur Kadar yang juga dosen Akademi Perikanan Sorong (APSOR) di Papua Barat.
Menurut Hélène Schutzenberger, disertasi kedua mahasiswa tersebut memiliki kualitas dan inovasi tinggi serta menawarkan solusi bagi persoalan keanekaragam hayati, transportasi, dan ekonomi Indonesia.
Duta Besar Indonesia untuk Perancis Reslan Ishar Jenie, dalam kata sambutannya, mengharapkan mahasiswa-mahasiswa Indonesia untuk terus berkarya demi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi kemanusiaan universal dan juga bangsa Indonesia.
Disertasi doktoral Kadarusman berjudul "Ikan Pelangi Kepala Burung Papua : Relasi Filogenetik, Sistematik dan Konservasi." Dalam studi tersebut, Kadarusman mengkaji keanekaragaman jenis ikan Pelangi di Kepala Burung Papua, kajian taksonomisnya, serta sejarah evolusinya. Ia mengungkapkan bahwa banyak jenis ikan pelangi kini terancam punah sehingga upaya konservasi maupun budidaya mutlak dilakukan.
"Data genetik yang didapatkan saat ini sudah cukup dijadikan dasar yang kuat melakukan konservasi ikan pelangi", tutur Kadar yang juga dosen Akademi Perikanan Sorong (APSOR) di Papua Barat.
Sementara, studi Hananto berjudul "Mobilitas dan Aksesibilitas Pasar
Tenaga Kerja di Kota-kota Indonesia". Studi ini mengungkap bahwa semakin
lancar mobilitas warga, maka pasar tenaga kerja akan semakin meningkat.
Untuk itu, pemerintah diminta memperbaiki infrastruktur, moda
transportasi dan fasilitas publik untuk meningkatkan akses masyarakat ke
pasar tenaga kerja.
Kadarusman dan Hananto akan menyelesaikan studinya akhir tahun ini. Setelah itu, keduanya akan kembali ke Indonesia. Keduanya berharap, hasil studi dan ilmu yang telah ditimba di Perancis bisa bermanfaat bagi Indonesia.
Kadarusman dan Hananto akan menyelesaikan studinya akhir tahun ini. Setelah itu, keduanya akan kembali ke Indonesia. Keduanya berharap, hasil studi dan ilmu yang telah ditimba di Perancis bisa bermanfaat bagi Indonesia.
Lagi-lagi Mahasiswa Indonesia mendapat
penghargaan dan gelar doktoral di luar negeri. Btw, kok penghargaannya
diberikan sejak 20 tahun lalu sih?
Akankah keduanya akan kembali ke Indonesia?