Sabtu, 26 Juni 2010

Golkar-Nasdem, Persaingan Ical-Paloh

JAKARTA, KOMPAS.com — Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bhakti, melihat faktor pertarungan pribadi lebih mewarnai perseteruan antara para tokoh pentolan Partai Golkar dan Nasional Demokrat (Nasdem). Perseteruan itu secara tidak langsung diyakini Ikrar menguntungkan bagi Nasdem, yang tengah menjajaki diri untuk berubah menjadi parpol menjelang Pemilu 2014.
“Saya melihat pertarungannya lebih bersifat personal. Ini sisa-sisa persaingan perebutan kursi Ketua Umum Partai Golkar lalu antara Ical (Aburizal Bakrie) dan Paloh (Surya Paloh), yang dimenangkan oleh Ical. Saking meruncingnya perseteruan itu, Partai Golkar kan malah sampai mengeluarkan ultimatum kepada para kadernya jika ikut Nasdem harus keluar dari Partai Golkar," ujar Ikrar saat dihubungi Kompas, Jumat (25/6/2010).
Lebih lanjut, Ikrar menambahkan, perseteruan keras yang lebih bersifat personal menjadi semakin dimungkinkan ketika baik Ical maupun Paloh mempunyai latar belakang karakter dan status yang lebih kurang sama. Keduanya berkarakter keras dan tidak suka ditantang, serta sama-sama berasal dari kalangan pebisnis yang mempunyai uang dan menguasai media massa.
“Kalau konflik-konflik yang terjadi di masa lalu di Partai Golkar tidak sampai berkembang menjadi konflik personal karena pihak yang berseteru berasal dari kalangan politisi murni yang sudah matang. Bukan seperti sekarang, berlatar belakang pedagang yang lalu jadi politisi,” ujar Ikrar.
Ikrar mencontohkan, di masa kepemimpinan Akbar Tandjung terjadi perseteruan yang kemudian berujung pada pemecatan salah seorang kader utamanya, Fahmi Idris. Akan tetapi, persoalan pribadi dalam kekisruhan itu, menurut Ikrar, malah kemudian bisa dihilangkan antara Akbar dan Fahmi.

Photobucket
Free Counter
Photobucket