JAKARTA, KOMPAS.com — Peneliti senior
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bhakti, melihat
faktor pertarungan pribadi lebih mewarnai perseteruan antara para tokoh
pentolan Partai Golkar dan Nasional Demokrat (Nasdem). Perseteruan itu
secara tidak langsung diyakini Ikrar menguntungkan bagi Nasdem, yang
tengah menjajaki diri untuk berubah menjadi parpol menjelang Pemilu
2014.
“Saya melihat pertarungannya lebih bersifat personal.
Ini sisa-sisa persaingan perebutan kursi Ketua Umum Partai Golkar lalu
antara Ical (Aburizal Bakrie) dan Paloh (Surya Paloh), yang dimenangkan
oleh Ical. Saking meruncingnya perseteruan itu, Partai Golkar kan malah
sampai mengeluarkan ultimatum kepada para kadernya jika ikut Nasdem
harus keluar dari Partai Golkar," ujar Ikrar saat dihubungi Kompas,
Jumat (25/6/2010).
Lebih lanjut, Ikrar menambahkan,
perseteruan keras yang lebih bersifat personal menjadi semakin
dimungkinkan ketika baik Ical maupun Paloh mempunyai latar belakang
karakter dan status yang lebih kurang sama. Keduanya berkarakter keras
dan tidak suka ditantang, serta sama-sama berasal dari kalangan
pebisnis yang mempunyai uang dan menguasai media massa.
Ikrar
mencontohkan, di masa kepemimpinan Akbar Tandjung terjadi perseteruan
yang kemudian berujung pada pemecatan salah seorang kader utamanya,
Fahmi Idris. Akan tetapi, persoalan pribadi dalam kekisruhan itu,
menurut Ikrar, malah kemudian bisa dihilangkan antara Akbar dan Fahmi.