Sabtu, 26 Juni 2010

POTRET KEMISKINAN


Miris, Kecewa dan Malu, Itu yang aku rasakan saat menyaksikan salah satu liputan televisi beberapa hari yang lalu. Betapa tidak. Yang tersaji dalam berita yang disiarkan secara internasional itu adalah tayangan tentang puluhan pemulung di Bantargebang, Bekasi. Mereka berjibaku mencari nafkah di atas gunungan sampah dengan resiko terluka akibat hantaman traktor atau tergilas roda truk. Terlihat juga anak-anak berpakaian seragam sekolah di antara traktor pengeruk sampah.

Di saat yang bersamaan di stasiun televisi yang lainnya diungkap tentang kesuksesan negara-negara tetangga Indonesia. Sebut saja sajian Capital Malaysia yang menceritakan tentang rahasia Malaysia membangun ekonominya dan beralih dari negara agraris menjadi industrialis. Atau tentang Singapura yang kini sukses menjadi negara terdepan dalam sektor jasa.

Apakah anda bisa membayangkan betapa hancur rasanya ditampar dengan potret kemiskinan yang kian massif. Diekspos setiap saat. Menjadi konsumsi internasional. Namun di saat yang sama, masyarakat dunia juga mengetahui bahwa pemilik apartemen Singapura mayoritas adalah WNI. Daftar orang terkaya di Asia juga banyak diisi para pengusaha nusantara. Salah satu pasar terbesar mobil mewah dengan harga miliaran rupiah di asia adalah negeri tercinta. Pemilik terbanyak handphone canggih seperti nokia communicator adalah penduduk Indonesia.
Mereka, masyarakat dunia, juga sadar bahwa di saat Indonesia terpuruk dalam kemiskinan 40% penduduknya (sekitar 100 juta orang!) banyak pejabat kepala daerah yang punya anggaran jas puluhan juta rupiah. Berlomba-lomba membeli mobil ratusan juta rupiah. Sibuk membangun
Terbitkan Entri
rumah dinas seperti istana raja-raja miliaran rupiah. Namun menyisakan hanya sekian juta rupiah untuk anggaran sosial. Beberapa rupiah untuk mendukung para pengusaha ekonomi lemah.

Apakah potret kemiskinan seperti ini yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita nanti? Apakah potret ini yang akan kita laporkan kepada para founding fathers bapak negara kita?
Mari bersama-sama kita jawab, saudaraku....

Photobucket
Free Counter
Photobucket