Berbagai cara dilakukan oleh Asep Darmawan (35) dan Istrinya PIS (17) untuk mendapatkan pekerja seks komersil belia.
Selain menggunakan bujuk rayu, pemilik Wisma 18 di Lokalisasi Dolly itu juga menggunakan ancaman. Sebab, pelacur yang masih di bawah umur memberikan sensasi tersendiri bagi para penikmat dunia birahi itu.
Seperti yang dialami sebut saja Jelita (bukan nama sebetulnya) warga Tambak Sari, Surabaya. Gadis berusia 15 tahun ini terpaksa menjalani hidup di Wisma 18 sebagai budak nafsu para lelaki hidung belang.
Informasi yang dihimpun di Kepolisian menyebutkan, Jelita mengenal Asep melalui Anggun (bukan nama sebenarnya) (16) warga Banyu Urip yang sebelumnya juga bekerja di Wisma tersebut.
“Dengan bujuk rayu dan iming-iming mendapatkan uang berlimpah, Jelita pun tergiur untuk bekerja di Wisma milik Asep ini. Meski sudah bekerja di Wisma itu, Jelita mengaku bekerja di restoran kepada ibunya," kata AKP Suratmi, Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Surabaya .
Puncuk dicinta ulam pun tiba. Saat itu Jelita sedang membutuhkan uang untuk membayar kos. Rupanya, PIS mengetahui dan segera meminjami uang sebesar Rp1,5 Juta. Ternyata, uang itu digunakan jaminan agar Jelita tetap bekerja di Wisma 18 itu.
"belakangan Jelita tidak kuat bekerja di Wisma dan minta dipulangkan," katanya.
Saat bekerja di Wisma yang berlokasi di Jalan Kupang Gunung Timur itu, Jelita tidak bisa keluar apalagi berlari. Bahkan, sempat diancam oleh PIS akan dipenjarakan bersama keluarganya karena sudah mempunyai utang.
Meski demikian, Jelita nekad kabur hingga akhirnya PIS mendatangi rumah Jelita dan meminta agar Ibunya mengembalikan uang yang dipinjam. Saat itulah, ibu Jelita mengetahui jika anaknya bekerja sebagai pelacur dan melaporkan kejadian itu ke Polisi.
Dari melihat barang bukti yang ada, kata Suratmi, diketahui jika dalam sebulan bekerja di Wisma 18, Nonik sudah melayani sekitar 100 tamu. "Tarifnya Rp100 ribu untuk sekali kencan," tukasnya. [Sumber]
Selain menggunakan bujuk rayu, pemilik Wisma 18 di Lokalisasi Dolly itu juga menggunakan ancaman. Sebab, pelacur yang masih di bawah umur memberikan sensasi tersendiri bagi para penikmat dunia birahi itu.
Seperti yang dialami sebut saja Jelita (bukan nama sebetulnya) warga Tambak Sari, Surabaya. Gadis berusia 15 tahun ini terpaksa menjalani hidup di Wisma 18 sebagai budak nafsu para lelaki hidung belang.
Informasi yang dihimpun di Kepolisian menyebutkan, Jelita mengenal Asep melalui Anggun (bukan nama sebenarnya) (16) warga Banyu Urip yang sebelumnya juga bekerja di Wisma tersebut.
“Dengan bujuk rayu dan iming-iming mendapatkan uang berlimpah, Jelita pun tergiur untuk bekerja di Wisma milik Asep ini. Meski sudah bekerja di Wisma itu, Jelita mengaku bekerja di restoran kepada ibunya," kata AKP Suratmi, Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Surabaya .
Puncuk dicinta ulam pun tiba. Saat itu Jelita sedang membutuhkan uang untuk membayar kos. Rupanya, PIS mengetahui dan segera meminjami uang sebesar Rp1,5 Juta. Ternyata, uang itu digunakan jaminan agar Jelita tetap bekerja di Wisma 18 itu.
"belakangan Jelita tidak kuat bekerja di Wisma dan minta dipulangkan," katanya.
Saat bekerja di Wisma yang berlokasi di Jalan Kupang Gunung Timur itu, Jelita tidak bisa keluar apalagi berlari. Bahkan, sempat diancam oleh PIS akan dipenjarakan bersama keluarganya karena sudah mempunyai utang.
Meski demikian, Jelita nekad kabur hingga akhirnya PIS mendatangi rumah Jelita dan meminta agar Ibunya mengembalikan uang yang dipinjam. Saat itulah, ibu Jelita mengetahui jika anaknya bekerja sebagai pelacur dan melaporkan kejadian itu ke Polisi.
Dari melihat barang bukti yang ada, kata Suratmi, diketahui jika dalam sebulan bekerja di Wisma 18, Nonik sudah melayani sekitar 100 tamu. "Tarifnya Rp100 ribu untuk sekali kencan," tukasnya. [Sumber]